PEMBUATAN AMONIA
diajukan untuk memenuhi
salah satu tugas matakuliah Proses Industri
dosen pengampus Masjuli
MKH, MKKK
Oleh
Muhammad Fiki
Fahriansyah
(15020136)
PROGRAM STUDY FIRE AND
SAFETY D
AKADEMI MINYAK DAN GAS
BALONGAN
INDRAMAYU
2016
PEMBUATAN AMONIA
INPUT
|
·
Gas Bumi
·
Air
·
Udara
|
·
Steam Reforming
·
Proses konversi
metan
·
Primary Reformer
·
Secondary Reformer
·
Shift Conversion
·
CO2 Removal
·
Metanasi
·
Kompresi Gas dan Sintesa Amoniak
|
FAKTOR
PENDUKUNG
·
Pembangkit Listrik
·
Pengolahan Air
·
Boiler
·
Pembangkit Steam
·
Sistem Air
Pendingin
·
Sistem Udara
Instrument
·
Sistem Udara Pabrik
|
Amoniak
(NH3)
|
Penjelasan:
INPUT
Untuk membuat
amoniak, membutuhkan bahan-bahan seperti: Gas bumi, air, dan udara. Diantara
bahan-bahan tersebut, gas bumi merupakan
bahan baku utama untuk produksi amoniak selain air dan udara. Jika bahan sudah tersedia maka tinggal di
proses.
PROSES
Amoniak adalah senyawa kimia dengan
rumusan NH3. Biasanya senyawa ini didapati berupa cairan atau
larutan. Amoniak pada kondisi temperatur kamar berupa gas dengan bau tajam yang
khas (disebut bau amoniak). Proses
pembuatan amoniak yaitu dengan cara:
1.
Steam Reforming
2. Proses
konversi metan
3.
Primary Reformer
4.
Secondary Reformer
5.
Shift Conversion
6.
CO2 Removal
7.
Metanasi
8.
Kompresi Gas dan Sintesa Amoniak
·
Steam Reforming
Reformasi
Kukus (Steam Reforming) gas bumi merupakan proses produksi amoniak yang paling
efisien dan paling banyak digunakan, yaitu sekitar 70% dari seluruh produksi
amoniak yang ada.
Teknologi
Pabrik Amoniak yang digunakan Pemrakarsa adalah teknologi reformasi kukus gas
bumi hemat energi yang mutakhir.
·
Proses Konversi Metan
Proses konversi metan, (komponen
terbesar dari gas bumi) menjadi amoniak diberikan dalam persamaan reaksi
berikut:
0,88 CH4 + 1,26 Udara + 1,24
H2O → 0,88 CO2 + N2 + 3H2 (1)
N2 + 3H2
→ 2 NH3 (2)
Proses produksi gas sintesa dan
pemurnian dalam kondisi normal dilakukan pada tekanan 25-35 bar. Sedangkan
untuk proses sintesa amoniak berada pada rentang tekanan 100-250 bar.
·
Primary Reformer
Gas bumi yang telah dihilangkan
kandungan senyawa sulfur-nya, kemudian dicampurkan dengan uap air (steam).
Campuran uap air/gas kemudian dipanaskan sampai temperatur 500-600ºC di dalam
zona konveksi tungku Primary Reformer sebelum masuk ke dalam reaktor Primary
Reformer.
Jumlah molar uap air proses yang
digunakan dibandingkan terhadap molar karbon (S/C) biasanya sekitar 3,2 - 3,4.
Perbandingan optimum uap air / karbon bergantung pada beberapa faktor seperti
kualitas umpan, purge gas recovery, kapasitas reaktor Primary
Reformer dan neraca uap air pabrik.
Reaktor Primary Reformer terdiri
dari sejumlah tube yang terbuat dari campuran logam nikel dan kromium
yang diisi dengan katalis yang mengandung nikel. Secara keseluruhan reaksi
reformasi kukus sangat endotermik, sehingga memerlukan panas untuk mencapai
temperatur reaksi sebesar 780-830ºC.
Komposisi gas keluaran dari reaktor Primary
Reformer dapat diketahui melalui pendekatan termodinamika kesetimbangan
kimia dengan mengikuti persamaan reaksi berikut:
CH4 (gas) + H2O
(gas) → 3 H2 + CO △Hº298
= 206 kJ.mol-1 (5)
CO + H2O → H2 + CO2 △Hº298
= -41 kJ.mol-1 (6)
Panas yang dibutuhkan oleh proses
reformasi kukus disuplai oleh panas hasil pembakaran gas bumi dalam zona
radiasi. Gas buang keluaran dari zona radiasi memiliki temperatur lebih dari
900ºC. Dengan demikian hanya 50-60% dari nilai pembakaran bahan bakar yang
digunakan untuk memanaskan proses reaksi reformasi kukus. Panas yang terbawa
oleh gas buang (waste heat) digunakan dalam zona konveksi tungku reformer
untuk memanaskan aliran proses dan sistem pembangkit uap air. Bahan bakar yang
diperlukkan dalam proses reformasi kukus sekitar 40-50% dari jumlah energi gas
umpan.
Gas buang yang keluar dari zona konveksi
tungku Primary Reformer memiliki temperatur 100-200ºC dan
merupakan sumber utama emisi pabrik. Emisi tersebut terutama terdiri dari N2
(72,5 % vol), CO2 (6,8%), H2O (19,3%), NOx,
(60 ppmv) @3% v O2, SOx : < 5 ppmv, CO : < 20 ppmv
·
Secondary Reformer
Hanya
30-40% dari umpan hidrokarbon yang dikonversi di dalam reaktor Primary
Reformer. Hal ini disebabkan oleh kesetimbangan reaksi sudah tercapai pada
kondisi operasi aktual. Untuk meningkatkan konversi reaksi maka temperatur
reaksi harus dinaikkan. Dalam reaktor Secondary Reformer terdiri dari
zona pembakaran internal dan zona reformasi kukus. Pada zona pembakaran
dimasukkan udara sebagai suplai oksigen untuk proses pembakaran dan suplai
nitrogen untuk proses sintesa amoniak.
Proses
di Primary Reformer diatur sehingga udara yang disuplai ke Secondary
Reformer sesuai dengan panas yang diperlukan di Secondary Reformer
dan perbandingan H2/N2 sesuai dengan yang diperlukan di
unit sintesa amoniak.
Udara
yang diumpankan ke dalam reaktor Secondary Reformerdikompresi terlebih
dahulu dan dipanaskan di dalam zona konveksi tungku Primary Reformer
sampai temperatur 600ºC. Kemudian udara tersebut dicampurkan dengan aliran gas
keluaran Primary Reformer dan dilewatkan melalui katalis nikel dalam
zona reformasi kukus.
Temperatur
keluaran Secondary Reformer sekitar 1000ºC dengan kandungan metan
sekitar 0,2-0,3% (basis kering). Konversi hidrokarbon yang dicapai lebih dari
99%. Gas sintesa keluaran Secondary Reformer kemudian didinginkan sampai
350-400ºC dalam unit Waste Heat Boiler (WHB) untuk memproduksi uap air.
·
Shift Conversion
Gas
sintesa dari Secondary Reformer mengandung 12-15 % - mol CO (basis
kering) dan hampir semua CO harus dikonversi dengan reaksi pergeseran berikut:
CO
+ H2O = CO2 + H2 △Hº298 = -41 kJ.mol-1 (7)
Proses
reaksi pergeseran dibagi ke dalam dua tahapan. Pertama, reaksi pergeseran
temperatur tinggi (High Temperatur Shift Converter, HTSC) gas sintesa
dilewatkan melalui unggun katalis FeO/CrO pada temperatur 400ºC, dimana CO sisa
reaksi sebesar 3% (basis kering).
Reaksi
pada HTSC dibatasi oleh sifat termodinamika kesetimbangan kimia pada kondisi
operasi. Gas keluaran HTSC kemudian didinginkan terlebih dahulu sebelum
dimasukkan ke tahapan kedua atau Low Temperature Shift Converter (LTSC).
Reaktor
LTSC diisi dengan katalis CuO/ZnO dan dioperasikan pada temperatur 200-220ºC.
Gas CO sisa reaksi sekitar 0,2-0,4% (basis kering). Sisa gas CO yang rendah
sangat penting bagi efisiensi proses selanjutnya.
·
CO2 Removal
Gas
keluaran reaktor LTSC terdiri dari komponen H2, N2, CO2
dan uap air. Gas didinginkan terlebih dahulu untuk mengkondensasikan semua uap
air sebelum masuk ke sistem penyerapan CO2. Kondensat air ini
normalnya mengandung 1500-2000 ppm amoniak dan 800-1200 ppm metanol. Kemudian
dalam kondensat tersebut terdapat pula amin, asam format dan asam asetat dalam
jumlah yang sangat sedikit (minor amount). Semua komponen tersebut
seharusnya dipisahkan (stripped) dari kondensat dan atau didaur ulang
dalam proses.
Gas
CO2 diserap dengan proses absorpsi kimia atau fisika. Larutan
Penyerap yang digunakan dalam proses absorpsi kimia biasanya berupa larutan
amin seperti Mono Ethanolamine (MEA), Activated Methyl Di-Ethanolamine
(aMDEA) atau larutan potasium karbonat. Larutan penyerap fisika adalah glycol
dimethylethers (Selexol), propilen karbonat dan lainnya.
Proses
dengan menggunakan penyerap MEA memerlukan energi yang besar pada proses
regenerasi sehingga tidak direkomendasikan.
Gas
CO2 dalam gas sintesa biasanya masih berkisar 100-1000 ppmv,
bergantung pada tipe dan perancangan unit penyerapan.
Namun
saat ini dengan perancangan unit penyerapan yang baik, kandungan CO2
dalam gas sintesa dapat mencapai 50 ppmv.
·
Metanasi
Gas
sintesa hasil proses penyerapan CO2 masih mengandung sedikit CO2
dan CO yang dapat meracuni katalis sintesa amoniak dan harus dihilangkan dengan
cara mengkonversikannya menjadi CH4 dalam reaktor metanator dengan
persamaan reaksi berikut:
CO2
+ 4 H2 → CH4 + 2 H2O △Hº298 =
-206 kJ.mol-1 (8)
CO
+ 3 H2 → CH4 + H2O (9)
Reaksi
terjadi pada kondisi temperatur 300ºC dalam reaktor yang berisi katalis Nikel.
Metana merupakan senyawa inert dalam proses sintesa amoniak, akan tetapi
uap harus dipisahkan sebelum masuk ke sintesa amoniak.
Gas
keluaran reaktor metanator didinginkan dan uap air sebagian besar
dikondensasikan dan dipisahkan terlebih dahulu dan akhirnya sisa uap air
diabsorpsi dalam unit pengering gas make-up.
·
Kompresi Gas dan Sintesa Amoniak
Pabrik
amoniak modern menggunakan kompresor sentrifugal untuk mengkompresi gas
sintesa. Kompresor ini biasanya digerakkan oleh turbin uap air, dimana uap air
tersebut diproduksi dalam pabrik amoniak.
Sintesa
amoniak terjadi di dalam Ammonia Converter dengan menggunakan katalis besi (Fe)
pada tekanan operasi yang biasanya berkisar antara 100-250 bar dan temperatur
350-550ºC.
N2
+ 3 H2 → 2 NH3 △Hº298 =
-46 kJ.mol-1 (10)
Konversi
yang dicapai dalam reaktor amoniak per passnya hanya 20-30%.
Amoniak
yang terbentuk dipisahkan dari gas yang akan didaur ulang dengan mendinginkan
atau mengkondensasikan dan jumlah gas yang telah bereaksi digantikan dengan make-up
gas sintesa, dengan demikian dapat mempertahankan tekanan loop.
Selain
itu, proses sintesa amoniak sangat memerlukan sistem pertukaran panas yang
efektif, dikarenakan oleh sifat reaksi yang eksotermik dan tempratur reaksi
yang tinggi dalam loop.
Proses
metanasi sebagai tahap terakhir dari pemurnian gas sintesa, menghasilkan gas
sintesa yang mengandung inert seperti metana dan argon dalam jumlah sedikit dan
tidak larut dalam amoniak yang telah dikondensasikan.
Sebagian
besar dari senyawa inert tersebut dihilangkan dengan cara di-purging
dari loop.
Gas
purging tersebut diabsorpsi terlebih dahulu dengan air untuk menyerap
amoniak sebelum digunakan sebagai bahan bakar atau dikembalikan ke unit recovery
hidrogen.
Proses
kondensasi Amoniak tidak akan berlangsung dengan sempurna bila hanya
didinginkan dengan air atau udara.
Karena
itu, gas yang keluar dari reaktor amoniak dan make-up gas didingkan juga
dengan cairan amoniak agar amoniak yang ada di dalam gas yang didaur ulang ke
reaktor amoniak menjadi sekecil mungkin.
Cairan
amoniak yang digunakan sebagai pendingin yang berubah menjadi uap pada proses
pendinginan, akan dicairkan kembali dengan cara dikompresi.
FAKTOR PENDUKUNG
Pabrik
Amoniak dilengkapi dengan Unit Pendukung, seperti Unit Pembangkit Listrik, Unit
Pengolahan Air Bersih dan Air Umpan Ketel (Boiler), Pembangkit Steam, Sistem
Air Pendingin, Sistem Udara Instrument & Udara Pabrik, Tangki Penyimpanan
Amoniak, Dermaga Pelabuhan Kapal Amoniak dan lain-lain.
OUTPUT
Setelah
semua proses tersebut dilakukan, akhirnya amoniak (NH3) bisa di produksi dengan
baik. Selain melakukan semua proses tersebut, untuk membuat amoniak juga di
perlukan unit pendukung. Amoniak yang sudah di produksi akan dikirim lagi ke
berbagai industri karena amoniak bisa menjadi bahan untuk pembuatan pupuk dan
yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar